24 Juni 2013 - 19.42 WIB Saya berkesempatan menghadiri acara nikahan teman SD saya. Rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah saya. Saya memi...

Dangdut, Kenapa Mesti Vulgar?

/
0 Comments
24 Juni 2013 - 19.42 WIB Saya berkesempatan menghadiri acara nikahan teman SD saya. Rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah saya. Saya memilih berangkat agak malam dari waktu biasanya untuk menghindari susana riuh para undangan yang lain. Maklum, saya suka ketenangan. :)

Sepeda motor saya nyalakan, tidak lupa lampu saya aktifkan. Perlahan motor saya mulai melaju meninggalkan desa memasuki keheningan malam. "Serangan" serangga malam yang beterbangan pun mulai mengganggu perjalanan saya. Layaknya sebuah amunisi, serangga-serangga tersebut menghujam kaca helm saya. Tapi saya tetap melanjutkan perjalanan demi bersua dengan seorang kawan.


10 menit kemudian

Akhirnya saya sampai di rumah teman saya. Diluar dugaan saya, suasana di lokasi sangat ramai. Anak-anak dan orang dewasa bercampur aduk jadi satu. Pandangan mereka mengarah pada suatu tempat. Ada apa sebenarnya?

Dag - Dug

Rupanya disana sedang ada pertunjukan dangdut. Teman saya sengaja menyajikan hiburan dangdut untuk menghibur para tamu undangan. Kalau tidak salah, ada dua penyanyi yang tampil malam itu. Usia mereka sekitar belasan tahun (18-an). Suara mereka cukup easy listening, meskipun tidak seenak suara Elvi Sukaisih sang ratu dangdut itu.  :)

Ada pemandangan yang membuat saya kurang nyaman. Pakaian penyanyi-penyanyi itu sungguh sangat minim. Seorang penyanyi memakai rok mini 10 cm di atas lutut, sedangkan yang satunya lagi memakai celana pendek dengan ketinggian yang sama. Tidak hanya itu, makeup  mereka pun juga lumayan tebal seperti jalan yang baru diaspal. :D

Mungkin bagi orang lain pemandangan seperti itu tidak menjadi masalah, tapi tidak bagi saya! Malam itu saya hanya bisa tertunduk sembari memandangi puluhan kue dan makanan kecil yang tersaji di meja. Seharusnya sebagai masyarakat yang bermoral kita menghindari hal-hal yang semacam ini. Dangdut tidak harus identik dengan pakaian seksi. Apalagi waktu penayangan yang kurang pas, bisa menjadi blunder bagi si penyelenggara. Bayangkan, anak-anak seusia SD pun juga ikut menikmati penampilan yang vulgar itu. Kalau kata bang haji Roma Irama : SUNGGUH TERLALU! :D


You may also like

Tidak ada komentar:

Silahkan berkomentar secara sopan dan tidak melanggar etika. Komentar yang berbau spam akan langsung saya hapus.