Akhir-akhir ini masyarakat direpotkan dengan pembatasan BBM bersubsidi. Konon katanya kalau tidak dibatasi maka kuota BBM bersubsidi akan je...

Inilah Alasan Mengapa Harga BBM Harus Naik

/
0 Comments
Akhir-akhir ini masyarakat direpotkan dengan pembatasan BBM bersubsidi. Konon katanya kalau tidak dibatasi maka kuota BBM bersubsidi akan jebol alias tidak akan cukup sampai akhir tahun (31/12). Alhasil, antrian BBM pun menggila. Kamis lalu (28/8) saya harus merelakan antri sekitar 30 menit di SPBU Sumbersari, Kota Malang. Ketika saya tengok ke belakang, ternyata antrian sudah mencapai badan jalan.

Masalah tidak hanya berhenti sampai SPBU saja. Di tingkat pengecer harga BBM bersubsidi jenis premium juga menggila. Kamis lalu di dekat rumah saya (Kediri) harganya sekitar Rp 7.500, tapi hari ini sudah tembus Rp 10.000. Pengecer beralasan bahwa mereka terpaksa menaikkan harga bensin karena sulitnya mendapatkan pasokan. Padahal selama ini masyarakat mengandalkan bensin eceran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari misalnya untuk transportasi dan mesin pertanian.

Ironi BBM subsidi (Republika.co.id)

Sebenarnya solusi permasalahan tersebut sangat mudah. Pemerintah cukup menaikan harga BBM bersubsidi. Namun sampai saat ini tidak ada tanda-tanda bahwa Pak SBY akan menaikkan harga BBM bersubsidi. Pemerintah beralasan bahwa masyarakat masih belum siap. Pertanyaannya masyarakat yang mana? Yang kemana-mana naik mobil mewah itu? Kalau saya pribadi tidak keberatan dengan kenaikan BBM bersubsidi. Lhawong konsumsi BBM saya rendah.

Kenaikan harga BBM bersubsidi sudah sangat mendesak. Berikut ini adalah alasan mengapa BBM bersubsidi harus naik :

1. Cadangan minyak Indonesia hanya cukup untuk 11 tahun lagi

Sampai saat ini prosentase minyak bumi Indonesia hanya 0,2 % dari cadangan minyak dunia. Jadi salah besar kalau ada yang mengatakan bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya minyak. Konon jumlah tersebut hanya cukup sampai 11 tahun lagi (sumber). Dengan kenaikan harga BBM bersubsidi maka akan menekan konsumsi sehingga cadangan minyak Indonesia bisa terjaga.

2. Indonesia impor BBM Rp. 1 triliun/hari

Indonesia mengimpor bahan bakar minyak (BBM) setiap harinya dengan jumlah lebih dari Rp1 triliun. Jumlah tersebut diperlukan untuk mengimpor 850ribu barel per hari (sumber). Itu artinya Rp 1 triliun uang negara habis di jalanan. Seharusnya uang sebanyak itu bisa digunakan untuk kebutuhan infrastruktur yang lebih mendesak.

3. Separuh lebih BBM bersubsidi dinikmati orang kaya

Pada tahun 2013, subsidi BBM Rp 250 triliun, konsumen terbesar adalah kendaraan pribadi mencapai 93%. Rinciannya, 40% motor, 53% mobil pribadi (sumber). BBM bersubsidi yang digadang-gadang pro rakyat kecil ternyata justru sebagian besar dinikmati oleh orang kaya.

4. Penyelundupan BBM bersubsidi semakin parah

Tahun 2012 BPH Migas menangkap 600 kasus upaya penyelundupan BBM subsidi, lalu tahun 2013 meningkat menjadi 945 kasus, tahun ini hingga April 2014 sudah ada 150 kasus (sumber). Penyelundupan tersebut dikarenakan adanya ketimpangan harga yang besar antara BBM bersubsidi dengan BBM non subsidi. Itu masih belum kerugian yang disebabkan oleh mafia minyak.

5. BBM bersubsidi menghambat energi terbarukan

Energi terbarukan merupakan jenis energi yang dapat diperoleh kembali. Energi terbarukan bersumber dari proses alam yang berkelanjutan. Contoh energi terbarukan adalah biodiesel, panas bumi, dan energi surya. Kalau kenaikan harga BBM dilakukan maka demand terhadap energi terbarukan akan naik (sumber). Dengan demikian akan mendorong pengembangan energi terbarukan.

Setelah membaca fakta di atas, masihkah anda berharap BBM murah?

Supaya berimbang, berikut ini adalah alasan mengapa Pak SBY masih belum mau menaikan harga BBM.


You may also like

Tidak ada komentar:

Silahkan berkomentar secara sopan dan tidak melanggar etika. Komentar yang berbau spam akan langsung saya hapus.