20 Juni 2013 – 18.12 WIB Akhirnya saya sampai juga di parkir Simpang Lima Gumul (SLG) Kediri. Area yang menurut saya kurang begitu lu...

#mblarah Blogger Kediri

/
7 Comments


20 Juni 2013 – 18.12 WIB Akhirnya saya sampai juga di parkir Simpang Lima Gumul (SLG) Kediri. Area yang menurut saya kurang begitu luas untuk ukuran sebuah lahan parkir di bangunan semegah SLG. Bangunan berpaving itu ramai dilalui kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang hanya sekedar ingin menempatkan diri di tengah hiruk pikuk Festival Pekan Budaya dan UMKM Kabupaten Kediri. Tarif yang murah (Rp. 1000,-) menjadi daya tarik sendiri bagi para pengunjung untuk memarkir tunggangannya di area tersebut.

Hari itu saya sedang menghadiri acara #mblarah komunitas BLOgger Cah KEDiri (BLOCKED). Sesuai dengan informasi yang saya terima, seluruh anggota BLOCKED diharuskan berkumpul di parkiran SLG. Aneh juga memang, kenapa setiap acara #mblarah kumpulnya selalu di parkiran? Apa tidak ada tempat lain yang lebih elegan? :D

Suasana parkiran tampak begitu ramai. Sulit sekali mengenali anggota BLOCKED dalam kerumunan keramaian, seperti keluhan saya pada #mblarah sebelumnya. Akhirnya saya hanya mondar-mandir tidak jelas sambil sesekali memeriksa ponsel berharap ada konfirmasi di sudut parkir mana teman-teman berkumpul. Saya pun memutuskan duduk di tepian tempat parkir. Melihat lalu lalang pengunjung sambil berdoa kalau saya akan menemukan salah satu anggota BLOCKED.
Allah Maha Mendengar Doa Hambanya
Duduk disamping saya seorang lelaki membawa tas pinggang. Tampangnya sangar dan kekar, cocok untuk menjadi bodyguard penjaga toilet umum (hehehe, maaf bro). Berbincang dengan dia seorang cewek yang kelihatannya baru sampai di lokasi. “BLOCKED” seolah tak percaya apa yang mereka ucapkan, saya pun memasang telinga saya. Hmm, usut punya usut ternyata mereka juga anggota BLOCKED. Tanpa sungkan, saya pun segera memperkenalkan diri. Ardy dan Shintia, itulah nama mereka. Kamipun berbincang agak lama sambil menunggu anggota BLOCKED yang lain.


Sejurus kemudian munculah sesosok pria muda (aslinya sudah tua, hehe) memakai baju hitam seperti orang mau ke pemakaman. Dari kejauhan senyumnya tampak sumringah melihat kami bertiga. Dialah Pak Fajar, dedengkot BLOCKED sekaligus dosen UNP Kediri ini memang selalu eksis mendampingi apapun kegiatan BLOCKED.  Salut buat Pak Fajar.

Suasana tambah heboh setelah kedatangan si Muhyi dan temannya (lupa namanya, maaf). Pria kecil, mungil, dan hobi main game ini ternyata adalah mahasiswa, padahal sebelumnya saya mengira dia adalah anak SMP yang lagi kesasar di SLG (piss bro,). Lalu muncul dua orang pentolan BLOCKED yang lain si Silvi dan Tiwi, bersama dengan seorang anak kecil yang entah mereka culik darimana. Dan yang terakhir muncul adalah Candra.

Merasa malam sudah semakin larut, kami pun memutuskan untuk segera memulai #mblarah. Kaki kami langkahkan menuju kerumunan lautan manusia itu. Stan-stan pedagang berjajar rapi seakan siap untuk menyambut kedatangan para pengunjung. Barang yang dijual pun beraneka ragam, mulai dari baju, panci, elektronik, bahkan sampai alat untuk memasang bola lampu semua ada disitu.

Entah karena kami yang tidak tahu atau memang petugas yang salah memasang spanduk, kami pun memasuki area pameran dari arah pintu keluar. Berjubel, begitu lah situasi saat melangkah di area pameran. Sesak dan pengap menghinggapi kami, mungkin karena kami harus berebut oksigen dengan ribuan pengunjung yang lain. Belum genap lima menit memasuki lautan manusia, tapi keringat sudah menetes membasahi bajuku. Hingga pada suatu waktu, kami dikejutkan oleh tetes air yang merembes melewati celah tenda pameran.
Hujan
Suhu lingkungan perlahan mulai dingin, bahkan membeku membuatku berhenti berfikir dan memilih untuk memutar mata sambil tetap menjaga pandangan ke arah anggota BLOCKED yang lain. Para anggota BLOCKED yang lain rupanya sedang sibuk memanjakan mata mereka. Terutama para wanita, nafsu melihat-lihatnya pasti langsung muncul jika melihat barang yang bagus. Sementara itu Pak Fajar dan Candra sibuk jepret sana – jepret sini dengan kameranya masing-masing.

Finnaly kami sampai di stan UMKM Kab. Kediri. Berbagai macam produk dari seluruh kecamatan di Kediri dipasang di sana. Bangunan stan tampak rapi dengan mengusung budaya asli kediri. Atap daduk menjadi payung pelindung stan-stan tersebut dari serbuan rintik hujan. Selain stan UMKM juga ada stan dari berbagai instansi di Kab. Kediri, mulai dari Dinas Peternakan, Dinas Pertanian, Dishub, Polantas, Dinas Pendidikan, hingga stan milik BI.

Malam sudah semakin gelap, hujan juga semakin ganas. Dan akhirnya kami sampai di gerbang keluar (seharusnya gerbang masuk). Kami pun memutuskan terus melanjutkan perjalanan ke tempat parkir menembus melintasi gerimis yang mendinginkan tulang. Dan #mblarah malam itu berakhir seiring saya kembalikannya tanda parkir ke petugas parkir. Tak lupa saya ucapkan salam sebelum memacu si hitam berlari menuju rumah.

Sungguh pengalaman yang menarik,
#salam anti-mainstream :)



You may also like

7 komentar:

  1. Baca ceritanya jadi kepingin gabung :(
    Salam kenal ya mas, moga lain waktu bisa ikutan gabung :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ditunggu kedatangannya pada acara #mblarah selanjutnya :)

      Hapus
  2. hehhe , emang ane masih imut imut kali ya bang :)

    BalasHapus
  3. wah, serru banget nich mas...
    kapan ya kiranya bisa gabungan...??

    BalasHapus
  4. klo mau daftar jdi anggota, gimana caranya mas?

    BalasHapus

Silahkan berkomentar secara sopan dan tidak melanggar etika. Komentar yang berbau spam akan langsung saya hapus.